Selain itu, ada juga kasus dokter umum yang mengetahui bahwa dia mengalami buta warna sejak awal pendidikannya di sekolah kedokteran. Sadar akan keadaannya tersebut, dia berhasil melalui tes buta warna dan memutuskan untuk melanjutkan karirnya sebagai dokter umum, lalu melamar untuk menjadi dokter spesialis anak. Ternyata, dia mampu melalui tes hematologi dengan melihat sediaan mikroskop menggunakan metode makroskopis. Meskipun dia lulus sebagai dokter spesialis anak, tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-harinya, dia menghadapi kesulitan dalam beberapa situasi, seperti ketika harus membedakan antara pendarahan bawah kulit dan gigitan nyamuk pada pasien dengan penyakit demam berdarah.
Di samping itu, ada kasus lain di mana seseorang memperoleh masalah buta warna bukan akibat faktor keturunan, melainkan terpapar oleh zat-zat kimia yang menyebabkan keracunan. Tetapi, ketika tidak lagi terpapar oleh zat-zat tersebut, kondisi buta warna ini bisa pulih kembali. Tes HRR menjadi landasan untuk melihat seberapa parah dampak buta warna yang dialami olehseseorang.