Perjuangan Aidit sebagai pemimpin PKI tidak hanya melibatkan perencanaan strategis tetapi juga keterampilan diplomasi. Ia berusaha menjalin aliansi dengan berbagai kelompok politik dan sosial, baik di tingkat nasional maupun internasional. Selama periode ini, Aidit berperan penting dalam memperjuangkan kebijakan yang mendukung redistribusi tanah dan pengembangan industri, yang dianggap krusial untuk kesejahteraan rakyat.
Konflik dan Penindasan
Namun, tidak semua perjalanan Aidit berjalan mulus. Pada akhir 1950-an, hubungan antara PKI dan pemerintah mulai memburuk. Ketegangan politik meningkat, terutama setelah terjadinya berbagai peristiwa politik yang memicu ketidakstabilan. Salah satu peristiwa paling dramatis adalah Gerakan 30 September (G30S) pada tahun 1965, yang diidentifikasi sebagai upaya kudeta oleh kelompok militer yang menentang PKI.
Aidit dan PKI dituduh sebagai pelaku utama dalam kudeta ini, meskipun ada banyak kontroversi mengenai keterlibatan mereka. Setelah kudeta tersebut, terjadi penindasan yang sangat keras terhadap PKI dan anggotanya. Aidit menjadi salah satu target utama dalam penindasan ini. Ia ditangkap pada akhir 1965 dan dieksekusi pada tahun 1966.
Warisan dan Inspirasi
Meskipun akhir dari perjuangan Aidit dan PKI penuh dengan tragedi, warisan Aidit tetap hidup dalam ingatan sejarah Indonesia. Kisah perjuangannya menawarkan pelajaran berharga tentang semangat perjuangan, dedikasi terhadap idealisme, dan dampak dari ketegangan politik dalam kehidupan individu dan masyarakat.
