Selain dari sisi kesehatan, pernikahan muda juga dapat berdampak pada kondisi ekonomi. Dr. Liva menekankan bahwa pernikahan muda cenderung terjadi pada keluarga dengan status ekonomi rendah, karena anak yang menikah dan hamil akan kehilangan waktu untuk melanjutkan pendidikan dan berkarier.
Selain dampak kesehatan dan ekonomi, pernikahan muda juga berisiko pada aspek sosial. Pernikahan di usia muda cenderung dikaitkan dengan peningkatan angka perceraian dan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Tidak hanya itu, menikah di usia muda juga dapat berdampak pada kesehatan mental pasangan suami dan istri. Usia anak seharusnya merupakan masa untuk belajar dan mengembangkan diri. Ketika terikat dalam pernikahan dan kehamilan, kesempatan tersebut menjadi terbatas, yang dapat meningkatkan gangguan mood dan masalah psikis.
Dr. Liva menegaskan bahwa keturunan yang lahir dari pernikahan di usia muda berisiko mengalami gangguan mental, masalah kesehatan, dan ketergantungan ekonomi karena rendahnya tingkat pendidikan, sehingga membentuk lingkaran setan yang sulit terputus.