Hidup di Pulau Jeju pada tahun 1950-an bukanlah hal yang mudah, terutama bagi seorang perempuan seperti Ae Sun. Meskipun memiliki impian besar, ia tetap menghadapi hidup dengan kepala dingin dan tanpa ekspektasi berlebihan. Ia tetap berusaha keras, namun juga menerima kenyataan tanpa terlalu banyak keluhan.
Hal ini mengajarkan bahwa dengan sikap realistis, kita bisa menghadapi hidup dengan lebih tenang dan tidak mudah kecewa saat segala sesuatu tidak berjalan sesuai harapan.
3. Menghadapi Kehilangan dengan Ketegaran
Salah satu momen paling emosional dalam drama ini adalah ketika Ae Sun dan Gwan Sik kehilangan putra bungsu mereka, Yang Dong Myeong, akibat bencana hujan badai. Rasa duka yang mereka alami begitu dalam, tetapi mereka tetap berusaha bangkit demi kedua anak mereka yang lain.
Dari sini, kita belajar bahwa kehilangan adalah bagian dari hidup. Meskipun rasa sakit itu nyata, hidup harus tetap berjalan, dan kita harus terus berjuang untuk orang-orang yang masih membutuhkan kita.
