Fagerstrom juga menjelaskan bahwa konsumsi nikotin di Swedia dan negara-negara Eropa lainnya hampir sama, namun tingkat kanker paru-paru di Swedia jauh lebih rendah, sebesar 41 persen, dan kematian akibat tembakau juga lebih sedikit. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh penggunaan produk nikotin alternatif seperti kantung nikotin atau rokok elektrik.
Dari pengalaman di Swedia, Fagerstrom menekankan bahwa mengatasi miskonsepsi tentang nikotin dalam masyarakat bisa menghasilkan kebijakan kesehatan yang lebih melindungi masyarakat.
Dalam konteks Indonesia, para ahli kesehatan seperti Laifa Annisa dan Karl Fagerstrom memandang pentingnya pendekatan yang komprehensif dalam menangani kecanduan rokok. Banyaknya perokok di Indonesia menunjukkan urgensi dalam merumuskan kebijakan yang tepat dalam mengurangi angka perokok, serta memberikan perhatian yang serius terhadap upaya berhenti merokok.