2. Gentle Parenting Itu Permisif dan Tidak Memberikan Batasan
Banyak yang beranggapan bahwa gentle parenting terlalu lunak sehingga tidak menerapkan disiplin kepada anak. Pola asuh ini sering disalahartikan sebagai permissive parenting, di mana orangtua membiarkan anak melakukan apa pun tanpa batasan yang jelas.
Padahal, gentle parenting tetap menegakkan aturan dan disiplin, tetapi dengan cara yang lebih positif. Misalnya, jika anak mengamuk di tempat umum, orangtua bisa melakukan hal berikut:
-
Mengalihkan perhatian anak dengan hal yang menarik atau mengingatkan mereka tentang konsekuensi dari perilakunya.
-
Menetapkan batasan yang jelas, seperti memberi tahu anak bahwa perilaku tertentu tidak dapat diterima.
-
Memberikan konsekuensi sesuai usia, seperti mengambil mainan favorit anak jika mereka terus tantrum.
Pendekatan ini berbeda dengan pola asuh permisif, karena tetap ada aturan yang diterapkan dengan komunikasi yang jelas.
3. Gentle Parenting Berarti Orangtua Tidak Boleh Campur Tangan
Ada juga mitos yang menyebutkan bahwa gentle parenting berarti membiarkan anak mengatasi masalahnya sendiri tanpa campur tangan dari orangtua.
Pada kenyataannya, gentle parenting justru mendorong keterlibatan aktif orangtua dalam mendampingi anak. Orangtua berperan sebagai pemandu, memberikan dukungan emosional, serta menjadi contoh dalam menghadapi masalah.