Tampang

Mengapa Koruptor Tidak Pernah Puas: Menyelami Psikologi Ketamakan

25 Agu 2025 23:01 wib. 65
0 0
Koruptor
Sumber foto: Canva

Ketakutan Kehilangan Status dan Kekuasaan

Korupsi sering kali tidak hanya tentang uang, tetapi juga tentang kekuasaan dan status sosial. Harta yang didapatkan melalui cara tidak halal ini menjadi alat untuk mengukuhkan posisi, membeli pengaruh, dan menjaga citra di mata masyarakat atau lingkaran sosial mereka. Bagi para koruptor, kekayaan dan kekuasaan adalah dua sisi mata uang yang saling menguatkan.

Ketidakpuasan mereka bukan lagi soal kekurangan, melainkan ketakutan irasional akan kehilangan. Mereka terus mengumpulkan lebih banyak kekayaan untuk memastikan kekuasaan mereka tidak tergoyahkan. Ada paranoia konstan bahwa musuh politik atau pesaing bisnis akan merebut posisi mereka. Dengan menumpuk lebih banyak harta, mereka merasa lebih aman dan tak terjangkau. Ketamakan ini adalah mekanisme pertahanan yang dibangun di atas fondasi ketakutan dan rasa tidak aman.

Pola Pikir Narsistik dan Dehumanisasi

Beberapa studi psikologis juga mengaitkan korupsi dengan pola pikir narsistik atau antisosial. Individu dengan karakteristik narsistik cenderung merasa diri mereka istimewa, lebih unggul dari orang lain, dan berhak mendapatkan perlakuan istimewa. Mereka percaya bahwa aturan dan etika tidak berlaku untuk mereka. Korupsi adalah manifestasi dari keyakinan ini, di mana mereka menganggap wajar mengambil hak orang lain demi kepentingan pribadi.

Selain itu, ada proses dehumanisasi yang sering terjadi. Koruptor cenderung melihat korban mereka (masyarakat, negara) bukan sebagai entitas yang hidup dan bernyawa, melainkan sebagai objek atau sistem yang bisa dieksploitasi. Dengan memisahkan diri secara emosional dari dampak perbuatan mereka, rasa bersalah dan empati pun terkikis. Ini memungkinkan mereka untuk terus berbuat curang tanpa dihantui oleh hati nurani, sehingga dorongan untuk terus mengumpulkan harta tidak terhambat oleh moralitas.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?