Selain itu, dalam mengembangkan kemampuan numerasi, Galih menilai bahwa orangtua seringkali mengasosiasikan numerasi dengan keterampilan matematis yang kompleks, padahal hal ini bisa ditingkatkan dengan teknik one-to-one correspondence. Penekanan pada pengajaran numerasi dengan benda konkret dan penerapan konsep angka dalam kehidupan sehari-hari akan membantu anak memahami hubungan antara simbol angka dengan jumlah benda.
Selama proses pembelajaran ini, orangtua dan guru dapat mendukung kemampuan anak melalui keterampilan seperti melihat, mendengar, berbicara, dan menulis. Interaksi yang intens antara anak, guru, dan orangtua di rumah juga memegang peran penting dalam pembentukan kemampuan literasi dan numerasi anak.
Selain itu, para guru juga perlu meningkatkan kreativitas mereka dalam menciptakan minat anak terhadap membaca. Salah satu contohnya adalah dengan memanfaatkan Pojok Baca di sekolah. Hal ini perlu diikuti dengan peningkatan akses terhadap berbagai sumber literasi, baik fisik maupun digital. Galih menegaskan bahwa pendidik dan orangtua perlu memanfaatkan platform-platform yang menyediakan buku gratis, seperti platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).