Keterlibatan Emosional dan Kurangnya Pemrosesan Memori Detail
Ketika kita merasa bahagia, keterlibatan emosional kita juga sangat tinggi. Otak melepaskan berbagai neurotransmitter seperti dopamin, yang terkait dengan kesenangan dan reward. Sensasi positif ini membuat kita ingin terus berada dalam momen tersebut. Dalam kondisi emosi yang intens dan positif, otak cenderung kurang memperhatikan detail-detail kecil yang membentuk sebuah durasi waktu.
Misalnya, saat kita berada di sebuah konser musik yang sangat dinanti, kita tidak akan sibuk menghitung berapa lagu sudah dimainkan atau berapa menit lagi acara selesai. Pikiran kita lebih fokus pada euforia, melodi, dan interaksi dengan musisi. Karena otak tidak menyimpan banyak "penanda waktu" dalam memori (seperti "oh, sekarang sudah 5 menit berlalu" atau "ini sudah masuk menit ke-10"), ketika kita menyadari, durasi yang sebenarnya sudah berlalu terasa jauh lebih singkat dari yang diperkirakan. Kita lebih banyak memproses pengalaman emosional ketimbang data waktu.
Perubahan dalam Penyimpanan Memori Prospektif
Aspek lain yang memengaruhi adalah bagaimana otak kita menyimpan memori tentang waktu yang akan datang (memori prospektif). Saat kita bahagia dan sibuk, memori kita lebih fokus pada pengalaman itu sendiri, bukan pada bagaimana kita akan mengingat durasinya nanti. Akibatnya, ketika kita melihat ke belakang, rentang waktu yang penuh dengan aktivitas dan emosi positif terasa padat dan singkat.
Sebaliknya, saat kita bosan, setiap detail kecil dan setiap detik terasa sangat penting dan dicatat oleh otak. Ketika kita mengenang momen membosankan itu, durasi waktu akan terasa panjang karena ada banyak "penanda" yang disimpan, bahkan jika itu adalah penanda kebosanan. Jadi, persepsi waktu bukan hanya soal bagaimana kita mengalaminya di masa kini, tapi juga bagaimana kita membentuk memori tentangnya untuk masa depan. Kepadatan peristiwa dan emosi positif membuat memori tentang durasi menjadi lebih "ringkas".