Harga tomat di Pasar Pondok Gede juga terkoreksi menjadi Rp18.000 dari sebelumnya Rp20.000. Untuk beras, harganya masih stabil di kisaran Rp16.000 per kilogram. Kebutuhan protein seperti daging ayam, sapi, dan telur ayam negeri pun tetap berada di angka yang sama seperti beberapa hari sebelumnya.
Kondisi ini memperlihatkan adanya pergeseran dalam pola konsumsi masyarakat. Turunnya harga tidak serta-merta diikuti lonjakan pembelian, menunjukkan bahwa masalah utama bukan pada harga, tapi pada daya beli yang tertekan. Entah karena efek Lebaran, tekanan ekonomi, atau gaji yang belum cair, faktanya roda ekonomi di pasar rakyat belum kembali berputar kencang.
Para pedagang berharap bahwa menjelang Idul Adha, aktivitas belanja bisa kembali meningkat. “Biasanya kalau Idul Adha mulai ramai lagi. Mudah-mudahan tahun ini juga begitu,” kata seorang pedagang di Pasar Kranji.
Fenomena pasar sepi meski harga turun merupakan sinyal penting bagi pemerintah, pelaku usaha, dan konsumen itu sendiri. Bukan sekadar soal harga murah, tapi bagaimana ekonomi rakyat kecil bisa kembali berdenyut normal. Pasar tradisional seperti Kranji dan Pondok Gede bukan hanya tempat transaksi, tapi juga barometer kondisi ekonomi masyarakat menengah bawah.
Jika aktivitas pasar terus menurun, bukan tidak mungkin efek domino akan dirasakan lebih luas, dari pendapatan pedagang, penghasilan petani dan distributor, hingga keberlangsungan UMKM lokal.