Selain itu, ada juga thrush yang merupakan infeksi jamur pada mulut, kulit, atau vagina, dan HPV yang menyebabkan infeksi pada kulit dan selaput lendir. Setiap individu memiliki skin microbiome yang unik, dan apa yang dianggap normal bagi seseorang dapat menjadi bahaya bagi orang lain.
Pakaian bekas juga merupakan sarana penyebaran berbagai bakteri yang ada di kulit manusia. Oleh karena itu, jika pakaian bekas tidak dibersihkan secara maksimal sebelum dijual kembali, maka skin microbiome dari pemilik sebelumnya dapat menimbulkan bahaya bagi pembeli.
Sebuah survei yang dilakukan pada pakaian bekas di Pakistan mengungkapkan adanya bakteri Bacillus Subtilis dan Staphylococcus Aureus pada sebagian besar sampel yang diambil. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada kulit dan darah, serta dapat menimbulkan dermatitis dan kudis pada kulit.
Untuk mengurangi risiko penularan penyakit melalui pakaian bekas, para pelaku thrifting perlu memperhatikan beberapa hal. Penting untuk membersihkan pakaian bekas secara menyeluruh sebelum digunakan. Diungkapkan bahwa mikroba memerlukan air untuk tumbuh, sehingga area kulit yang cenderung lembab seperti ketiak, kaki, dan area kelamin menjadi paling rentan terhadap bakteri.
Selain mencuci dengan deterjen anti bakteri, disarankan untuk mencuci pakaian bekas dengan suhu sekitar 60 derajat Celcius, bukan air dingin. Selain itu, merendam pakaian terlebih dahulu selama 2-3 jam juga dapat membunuh berbagai patogen yang menempel pada pakaian bekas. Setelah proses perendaman, pakaian dapat dimasukkan ke mesin cuci.