Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kembali ke hidup tradisional juga memiliki tantangannya. Salah satu faktor terbesar adalah perubahan gaya hidup. Banyak orang di era modern nyaman dengan segala kemudahan yang ditawarkan teknologi, seperti akses informasi instan, transportasi yang cepat, dan peralatan yang memudahkan pekerjaan sehari-hari. Kembali ke hidup tradisional berarti melepas semua kemudahan tersebut dan beradaptasi dengan cara-cara lama yang mungkin dirasa culun atau tidak efisien. Oleh karena itu, tidak semua komunitas atau individu siap untuk beralih dari kehidupan modern ke yang lebih primitif.
Teknologi, meskipun sering kali dipandang sebagai musuh hidup tradisional, juga bisa menjadi jembatan. Misalnya, pengetahuan tentang pertanian organik dan manajemen sumber daya yang berkelanjutan dapat disebarluaskan melalui platform digital. Dengan demikian, generasi muda yang tertarik dengan hidup alami dapat belajar cara-cara hidup tradisional dengan lebih baik dan efisien. Sebagai contoh, penggunaan aplikasi pertanian berbasis data dapat membantu petani tradisional untuk merencanakan musim tanam atau mengelola asset pertanian mereka lebih efektif tanpa harus sepenuhnya mengandalkan teknologi modern.
Dari sudut pandang psikologis, hidup tradisional bisa berpotensi meningkatkan kesejahteraan mental. Hidup yang lebih dekat dengan alam, ditambah dengan kegiatan yang memerlukan keterlibatan fisik, dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kebahagiaan. Manusia alami, dalam hal ini, bisa mendapatkan manfaat dari kesederhanaan yang ditawarkan oleh hidup tradisional. Rasa syukur dan penghargaan terhadap alam dan sumber daya yang ada semakin memupuk hubungan yang lebih baik antara manusia dengan lingkungan sekitar.