Menurut laporan konsultan Yaok Group, fenomena produk dupe ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap industri barang mewah di China. Seiring dengan merek-merek lokal yang semakin diterima oleh konsumen, eksklusivitas dan citra prestisius dari merek-merek internasional dapat tergerus, yang berpotensi berdampak negatif pada pertumbuhan industri ini di masa depan.
Dampak dari fenomena produk dupe ini juga terasa di sektor barang mewah, di mana produk-produk dengan kualitas serupa namun tanpa branding atau logo merek mewah semakin mengancam pertumbuhan merek-merek internasional di China. Sejumlah produsen lokal bahkan mengklaim bahwa produk-produk mereka memiliki kualitas yang hampir identik dengan produk merek-merek mewah, namun dengan harga yang jauh lebih terjangkau.
Kemunculan "pingti" atau produk dupe ini juga memberikan sinyal bahwa konsumen China mulai beralih dari citra status dan prestise yang diasosiasikan dengan merek-merek mewah. Mereka lebih cenderung untuk melakukan pembelian yang lebih rasional dan mencari nilai yang sebanding dengan harga yang mereka bayar. Hal ini menjadi pertanda bagi merek-merek untuk menyesuaikan strategi pemasaran dan penetrasi pasar di China, agar tetap relevan di mata konsumen generasi Z.
Pemahaman lebih mendalam terhadap tren belanja generasi Z di China akan menjadi kunci bagi merek-merek fashion internasional untuk tetap kompetitif dalam pasar yang semakin beragam dan dinamis. Perubahan perilaku dan preferensi konsumen memerlukan inovasi yang terus-menerus, tidak hanya dalam hal produk, tetapi juga dalam hal strategi pemasaran dan branding. Merek-merek fashion perlu fokus untuk memahami kebutuhan dan nilai yang diinginkan oleh generasi Z, yang tidak hanya mencerminkan perubahan dalam gaya hidup, tetapi juga nilai-nilai sosial dan ekonomi yang berkembang di kalangan muda China.