game dengan sistem gacha sudah bukan hal baru, tapi daya tariknya tetap kuat, bahkan cenderung membuat banyak pemainnya ketagihan. Istilah gacha sendiri diambil dari "gashapon" di Jepang, semacam mesin kapsul mainan yang memberikan hadiah secara acak. Dalam game, sistem ini berarti pemain mengeluarkan uang atau sumber daya dalam game untuk mendapatkan item, karakter, atau kemampuan langka yang sifatnya acak. Di balik setiap putaran gacha, ada ilmu psikologi yang bekerja, mendorong kita untuk terus mencoba demi mendapatkan yang diinginkan.
Kekuatan Variable Ratio Schedule dalam Otak Manusia
Inti dari ketagihan gacha terletak pada konsep psikologi bernama variable ratio schedule atau jadwal rasio variabel. Ini adalah salah satu bentuk reinforcement schedule yang paling kuat dalam memicu perilaku berulang. Dalam jadwal ini, sebuah hadiah tidak diberikan secara konsisten setelah sejumlah percobaan tertentu, melainkan secara acak dan tidak dapat diprediksi. Pemain tidak pernah tahu kapan "putaran beruntung" berikutnya akan datang, tapi tahu bahwa item langka itu ada.
Misalnya, di mesin slot kasino, pemain menarik tuas tanpa tahu kapan akan dapat jackpot. Logika yang sama berlaku di gacha. Pemain mungkin sudah 10 kali putar dan tidak dapat apa-apa, tapi mereka tetap berpikir, "Mungkin putaran berikutnya akan berhasil!" Ketidakpastian inilah yang sangat memicu dopamin, zat kimia otak yang terkait dengan kesenangan dan motivasi. Setiap kali pemain menekan tombol gacha, ada letupan harapan yang diikuti oleh pelepasan dopamin, terlepas dari hasil akhirnya. Sensasi "hampir dapat" atau "kali ini pasti" ini membuat mereka terus mencoba, bahkan ketika peluangnya sangat kecil.