Bias Kognitif yang Memperparah Ketagihan
Selain variable ratio schedule, beberapa bias kognitif juga berperan besar dalam memperkuat ketagihan gacha.
Pertama, ada efek kepemilikan (endowment effect). Pemain yang sudah berinvestasi waktu dan uang dalam game, bahkan jika belum dapat item yang diinginkan, akan merasa sulit untuk berhenti. Mereka merasa sudah terlalu banyak mengeluarkan uang atau usaha, sehingga harus terus mencoba untuk "mengembalikan" investasi tersebut atau mendapatkan "imbalan" yang setimpal.
Kedua, bias optimisme membuat pemain selalu merasa mereka akan jadi orang yang beruntung. Mereka mungkin melihat orang lain mendapatkan karakter langka dan berpikir, "Kalau dia bisa, aku juga pasti bisa!" Padahal, probabilitasnya tetap rendah. Ini juga berkaitan dengan ilusi kontrol, di mana pemain merasa ada strategi tertentu atau "ritual" yang bisa meningkatkan peluang mereka, padahal sistem gacha murni acak.
Ketiga, FOMO (Fear Of Missing Out) atau ketakutan ketinggalan. Seringkali, item langka di gacha itu bersifat edisi terbatas atau hanya tersedia dalam waktu singkat. Ini menciptakan desakan bagi pemain untuk segera mengeluarkan uang agar tidak kehilangan kesempatan mendapatkan item tersebut, yang mungkin tidak akan muncul lagi di masa depan.
Desain Game yang Memicu Kesenangan dan Keinginan
Pengembang game gacha sangat lihai dalam memanfaatkan psikologi ini melalui desain game. Mereka menciptakan item atau karakter yang sangat menarik secara visual, dengan kekuatan yang signifikan dalam game, atau bahkan memiliki narasi cerita yang mendalam. Musik dan efek visual saat putaran gacha juga dirancang untuk memicu kegembiraan dan antisipasi. Ada kilauan cahaya, suara dramatis, dan animasi yang memukau saat pemain mendapatkan item langka, menciptakan pengalaman yang sangat memuaskan.