Selain itu, beberapa game edukasi mendukung pembelajaran yang bersifat adaptif. Artinya, tingkat kesulitan game bisa menyesuaikan dengan kemampuan anak. Kalau anak sudah menguasai satu level, game bisa otomatis naik ke level yang lebih menantang. Ini menjaga anak tetap tertantang tanpa merasa frustrasi, membantu mereka belajar sesuai kecepatan masing-masing.
Batasan dan Risiko Penggunaan Layar yang Berlebihan
Meski punya potensi, penting untuk menyadari bahwa penggunaan game edukasi di layar juga punya batasan dan risiko. Pertama, tidak semua game yang berlabel "edukasi" benar-benar punya nilai pendidikan yang tinggi. Banyak yang cuma "menyisipkan" unsur belajar, padahal lebih banyak hiburan atau bahkan iklan. Kualitas konten edukasi sangat bervariasi, dan orang tua harus selektif memilihnya.
Kedua, waktu layar yang berlebihan bisa membawa dampak negatif. Terlalu lama menatap layar bisa memicu masalah penglihatan, gangguan tidur, bahkan masalah postur. Selain itu, ketergantungan pada game bisa mengurangi waktu anak untuk aktivitas fisik, interaksi sosial langsung, dan eksplorasi dunia nyata. Padahal, pengalaman langsung, bermain di luar, dan berinteraksi dengan teman sebaya itu penting banget buat perkembangan sosial-emosional dan motorik anak.
Ketiga, belajar lewat layar mungkin tidak seefektif interaksi langsung dengan pengajar atau orang tua. Anak-anak belajar paling baik lewat bimbingan, pertanyaan, dan percakapan dua arah. Game bisa jadi alat bantu, tapi tidak bisa sepenuhnya menggantikan peran orang dewasa dalam menjelaskan konsep, memberikan dukungan emosional, atau memfasilitasi diskusi. Belajar itu bukan cuma soal menyerap informasi, tapi juga memahami, menganalisis, dan mengaplikasikannya, yang seringkali butuh interaksi manusia.