Ristadi juga menyatakan bahwa kondisi ini membuat perusahaan menurunkan volume produksi. "Bahkan ada yang tidak mampu untuk melanjutkan produksi secara keseluruhan dan menutup pabriknya, yang kemudian mengakibatkan terjadinya PHK," jelasnya.
Lebih lanjut, Ristadi mengungkapkan bahwa saat ini banyak perusahaan tekstil dan produk tekstil yang melakukan efisiensi hingga menutup pabrik. "Namun, pabrik yang berorientasi ekspor mengalami pertumbuhan investasi baru di wilayah Jawa Barat, Selatan dan Timur, serta Jawa Tengah. Ada yang berasal dari relokasi, dan ada pula yang benar-benar baru, namun jumlahnya tidak begitu banyak," tambahnya.
Pemerintah perlu memastikan bahwa situasi ini menjadi perhatian serius, terutama dalam upaya memberikan perlindungan kepada pekerja yang terkena dampak PHK. Selain itu, pihak terkait perlu mencari solusi jangka panjang untuk menjaga keberlangsungan industri tekstil dan produk tekstil di Tanah Air.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah perlu melakukan kolaborasi dengan pihak terkait, termasuk perwakilan dari perusahaan tekstil, serikat pekerja, dan ahli industri, guna mencari solusi yang tepat dalam menghadapi krisis ini. Dibutuhkan strategi untuk meningkatkan daya saing produk tekstil lokal, serta menciptakan kebijakan yang dapat memberikan insentif bagi perusahaan tekstil dalam negeri untuk tetap beroperasi dan mempertahankan lapangan kerja.