Inti dari pertunjukan Barong adalah drama epik yang melambangkan pertarungan abadi antara Dharma (kebaikan) dan Adharma (kejahatan). Dalam tarian ini, Barong selalu berhadapan dengan Rangda, sosok penyihir jahat yang menakutkan, berambut panjang acak-acakan, kuku panjang, dan taring menjulur.
Pertunjukan ini biasanya disebut sebagai Tari Barong dan Kris. Para penari yang dirasuki semangat Barong dan Rangda akan terlibat dalam duel sengit. Puncaknya terjadi ketika penari pria (pengikut Barong) mencoba menusuk diri dengan kris (keris) mereka, namun berkat perlindungan Barong, mereka tetap kebal. Adegan ini bukan tentang siapa yang menang atau kalah, karena baik dan buruk dianggap sebagai kekuatan yang saling melengkapi dan harus selalu ada. Pertarungan ini adalah representasi dari siklus kehidupan dan keyakinan bahwa keseimbangan harus terus dijaga agar alam semesta tetap harmonis.
Makna Filosofis dan Spiritual
Bagi masyarakat Bali, pertunjukan Barong bukan hanya tontonan hiburan, melainkan sebuah ritual spiritual yang mendalam. Ini adalah cara untuk:
Menjaga Keseimbangan Kosmis: Barong melambangkan Rwa Bhineda, konsep dua hal yang berbeda namun tak terpisahkan—baik dan buruk, siang dan malam, positif dan negatif—yang harus hidup berdampingan dalam keseimbangan untuk menciptakan harmoni.
Melindungi dari Keburukan: Barong diyakini memiliki kekuatan untuk menolak bala, mengusir roh jahat, dan melindungi desa dari wabah atau bencana. Kehadirannya memberikan rasa aman bagi masyarakat.
Sarana Komunikasi: Melalui tarian dan perantara penarinya, Barong juga dapat menjadi saluran komunikasi dengan dunia spiritual, memberikan berkah atau petunjuk.
Edukasi Moral: Pertunjukan ini secara tidak langsung mengajarkan nilai-nilai moral tentang pentingnya kebaikan dan kesadaran akan adanya kejahatan dalam kehidupan.