Setelah tinggal di pengasingan di India, ia kembali ke Bangladesh pada 1981 dan berkoalisi dengan partai politik lain untuk memimpin pemberontakan rakyat demi pembentukan pemerintahan demokrasi, Hasina pertama kali terpilih berkuasa pada tahun 1996 tetapi kemudian kalah dari Begum Khaleda Zia dari Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) pada 2001, Dia kembali berkuasa pada 2009 dalam pemilu yang diadakan di bawah pemerintahan sementara.
Masa kekuasaannya diwarnai tuduhan penghilangan paksa, pembunuhan di luar proses hukum, menekan tokoh-tokoh oposisi serta pengkritiknya. Ia membantah tuduhan tersebut, dan pemerintahannya sering menuduh partai-partai oposisi utama memicu protes.
Dalam beberapa pekan terakhir, Hasina dan partainya – Liga Awami – menyalahkan lawan politik mereka atas kerusuhan yang melanda negara tersebut. Hampir 300 orang diperkirakan tewas dalam gelombang demonstrasi sejauh ini. Pada Minggu (04/08) saja, setidaknya 90 orang, termasuk 13 polisi, tewas – jumlah korban terbanyak yang terjadi selama aksi protes dalam sejarah Bangladesh baru-baru ini.
Sheikh Hasina kemudian mengundurkan diri dan meninggalkan negaranya, Perempuan berusia 76 tahun itu menumpang helikopter pada Senin (05/08) ke India, kata sejumlah laporan, ketika ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya di ibu kota, Dhaka.
Lela Isabella Qyma, 51 tahun, WNI yang menetap di Uttara sekitar 16 kilometer dari ibu kota Dhaka memaparkan bahwa situasi di Bangladesh cukup mencekam. Lela, yang menikah dengan suaminya warga Bangladesh di Jakarta pada tahun 1998 tahun yang sama Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, Dia membandingkan kerusuhan di Jakarta pada 1998 dengan apa yang terjadi di Bangladesh saat ini.
“Kemarin sampai jam 4 [pagi waktu setempat] saja masih dengar bunyi tembakan,” ujar Lela.
Lela yang bekerja sebagai arsitek sudah menganggap Bangladesh seperti negeri sendiri. Dia mengaku sedih melihat situasi setempat, Pada tanggal 17 dan 18 Juli – puncak dari demonstrasi mahasiswa Bangladesh menentang kepemimpinan PM Hasina – Lela, suaminya, dan kedua putri mereka yang masing-masing berumur 19 dan 15 tahun sudah mempersiapkan diri untuk angkat kaki dari dari rumah mereka di Uttara yang dekat dengan bandara.