Dalam konteks sejarah Nusantara, manuskrip ini juga mengangkat isu politik dan sosial yang terjadi pada masa pemerintahan Mataram. Melalui dialog dan narasi dalam Serat Centhini, kita dapat melihat pertentangan antara kekuatan tradisional dan pengaruh asing, terutama ketika Islam mulai masuk dan memengaruhi tatanan kehidupan masyarakat. Sastra Jawa dalam bentuk ini menjadi alat untuk menyampaikan pesan-pesan kritis mengenai keadaan sosial dan politik, serta mendorong masyarakat untuk tetap memegang nilai-nilai luhur mereka dalam menghadapi perubahan.
Budaya Jawa yang kaya akan tradisi dan adat istiadat juga terlihat jelas dalam Serat Centhini. Di dalam manuskrip ini, terdapat penggambaran berbagai upacara adat, kesenian, serta praktik religius yang mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Karya ini mencerminkan keberagaman budaya di dalam masyarakat Jawa dan bagaimana semua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkontribusi dalam pembangunan identitas komunitas. Sastra Jawa yang terekam dalam Serat Centhini juga menunjukkan kekayaan bahasa yang digunakan, memperkaya khazanah sastra di Nusantara.
Keberadaan manuskrip Serat Centhini tidak hanya sebagai karya sastra, tetapi juga sebagai sumber sejarah penting yang merekam perjalanan budaya dan masyarakat di pulau Jawa. Melalui pembacaan dan kajian terhadap karya ini, kita bisa memahami lebih dalam tentang dinamika kehidupan masyarakat Jawa pada masa lalu, serta bagaimana nilai-nilai budaya tersebut masih relevan dan praktik hingga saat ini. Sebagai salah satu representasi sastra Jawa yang monumental, Serat Centhini akan terus menjadi sumber inspirasi dan kajian bagi generasi mendatang, mengingat pentingnya menjaga warisan budaya di tengah arus globalisasi yang kian deras.