Keberadaan sungai merkuri dan sistem pertahanan otomatis ini menjadi salah satu alasan kuat mengapa ruang utama makam tetap belum disentuh. Risiko kontaminasi lingkungan dan bahaya terhadap tim arkeologi menjadi faktor penentu yang membuat para ilmuwan terus menahan diri.
Hingga saat ini, dunia masih harus bersabar menanti waktu yang tepat. Para ahli arkeologi dan ilmuwan sepakat bahwa penggalian besar-besaran terhadap makam Qin Shi Huang hanya akan dilakukan ketika teknologi benar-benar memungkinkan eksplorasi tanpa merusak isi maupun struktur aslinya. Karena begitu makam dibuka, tidak ada jalan untuk mengulang proses dan semua keputusan akan berdampak permanen.
Makam Qin Shi Huang bukan sekadar situs bersejarah, tetapi juga simbol dari kehati-hatian dan etika dalam dunia arkeologi modern. Di satu sisi, rasa penasaran manusia mendorong kita untuk segera mengungkap rahasia besar di dalamnya. Namun di sisi lain, tanggung jawab terhadap pelestarian sejarah dan keamanan lingkungan mengajarkan kita bahwa kadang, menunggu adalah pilihan paling bijak.
Makam Qin Shi Huang adalah perpaduan antara keagungan sejarah dan ketakutan modern. Ditemukan namun belum dibuka, situs ini mengajarkan kita bahwa dalam arkeologi, kesabaran dan teknologi yang tepat jauh lebih penting dibandingkan sensasi penemuan semata. Mungkin suatu hari, saat ilmu pengetahuan sudah benar-benar siap, dunia akan menyaksikan salah satu pembukaan makam paling monumental dalam sejarah manusia.