Selain kebutuhan fisik, para relawan juga memperjuangkan hak pendidikan bagi anakanak di zona perang. Kisah inspiratif datang dari Malala Fund, yang mendirikan sekolah darurat di kamp pengungsi di Lebanon. Relawan seperti Ayesha Rahman mengajar anakanak dengan penuh semangat, memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan bermimpi meskipun berada di tengah ketidakpastian.
Risiko yang Diambil
Para relawan sering kali menghadapi risiko besar. Mereka bekerja di lingkungan yang sangat berbahaya, dengan ancaman serangan, penembakan, dan penculikan. Salah satu kisah yang menyentuh hati adalah kisah Ahmed AlDroubi, seorang relawan yang bekerja dengan Syrian Arab Red Crescent. Selama menjalankan tugasnya, Ahmed pernah ditangkap dan disiksa oleh salah satu kelompok bersenjata. Meskipun begitu, semangatnya untuk membantu tidak pernah surut.
Dukungan Psikologis
Konflik bersenjata tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga trauma psikologis yang mendalam. Para relawan di zona perang tidak hanya memberikan bantuan medis dan logistik, tetapi juga dukungan psikologis. Salah satu contoh adalah tim psikolog dari organisasi "Doctors Without Borders" yang memberikan terapi bagi anakanak yang mengalami trauma perang di Yaman. Dengan penuh kasih sayang, mereka membantu anakanak ini pulih dari mimpi buruk yang menghantui mereka.