Minggu lalu, tangis Nuzmatun pecah saat mengungkapkan pengalamannya terkait proses penanganan kasus perundungan dan pemerasan yang menimpa anaknya, Dokter Aulia Risma Lestari, di hadapan anggota Komisi III DPR RI. Dokter Aulia, adalah seorang peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro (Undip) yang meninggal dunia secara tragis. Dugaan kuat bahwa kematian beliau terjadi akibat bunuh diri setelah mengalami tekanan psikologis yang sangat berat akibat perundungan.
Tangisan ibu Dokter Aulia terdengar nyaring di ruang rapat Komisi III DPR RI pada Senin, 18 November 2024. Nuzmatun menggambarkan proses perundungan yang dialami oleh putrinya, yang akhirnya berujung pada kematian tragis Dokter Aulia. Kasus ini menimbulkan kecaman publik terhadap kekerasan dan perundungan yang terjadi di berbagai institusi, termasuk di dunia pendidikan dan profesi kesehatan.
Dalam ungkapannya, Nuzmatun menyampaikan bahwa Dokter Aulia telah menjadi korban perundungan tanpa ampun selama mengikuti pendidikan dokter spesialis di Undip. Ia mengalami intimidasi, pelecehan, dan bahkan pemerasan oleh sesama mahasiswa dan tenaga pendidik di lingkungan tersebut. Semua tekanan psikologis itu membuat beliau merasa terjebak dan tidak mampu lagi menghadapi situasi yang semakin sulit.