Ketua Umum IDAI yang berpengalaman ini tidak menampik bahwa keputusan tersebut bisa memengaruhi moral dan motivasi para anggota. Banyak pengurus IDAI merasa seakan-akan suara mereka diabaikan, dan tindakan ini menjadi contoh bagaimana pintu dialog dan diskusi menjadi tertutup, terutama mengenai isu-isu penting bagi organisasi dan profesi dokter anak di Indonesia.
Tak hanya itu, dr Piprim juga mengingatkan bahwa pelaksanaan kesehatan di Indonesia seharusnya tidak hanya mengandalkan keberanian individu, tetapi harus memiliki dukungan organisasi yang kuat. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang tidak transparan dan terkesan represif, akan sulit untuk mencapai tujuan yang lebih besar bagi kesehatan anak-anak di seluruh negeri.
Sejak awal proses pengambilalihan Kolegium, dr Piprim dan timnya telah berupaya untuk melakukan dialog yang konstruktif dengan Kemenkes. Namun, kenyataannya justru menunjukkan bahwa banyak keputusan diambil tanpa masukan dari IDAI sebagai organisasi profesi. Ini menimbulkan keprihatinan tersendiri, mengingat bahwa pengambilalihan tersebut bisa mengguncang fondasi pendidikan kedokteran anak di Indonesia.
Dengan situasi yang terus berkembang, banyak pihak kini memperhatikan langkah-langkah selanjutnya dari dr Piprim dan pengurus IDAI lainnya. Mereka berharap bahwa organisasi ini akan tetap berada di jalur yang benar, memperjuangkan nasib dokter anak dan pasien dengan sebaik-baiknya, meskipun berada dalam tekanan dan tantangan yang besar dari pihak luar.