Selain itu, lonjakan wisatawan ke Bali juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap budaya dan tradisi lokal. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan kebutuhan akan infrastruktur pariwisata telah mendorong terjadinya perubahan drastis dalam kehidupan masyarakat Bali. Banyak desa dan kawasan di Bali yang awalnya dihuni oleh penduduk lokal kini telah berubah menjadi pusat-pusat wisata yang dipenuhi oleh hotel dan restoran yang dimiliki dan dioperasikan oleh pihak asing. Hal ini mengancam kelestarian budaya dan identitas lokal, karena banyak tradisi dan kebiasaan lokal yang terpinggirkan demi kepentingan wisata.
Dengan kondisi ini, Bali menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pariwisata yang pesat dengan pelestarian lingkungan dan budaya. Tanpa langkah-langkah yang tepat, keindahan alam dan kekayaan budaya Bali akan semakin terancam, membuatnya tidak layak lagi untuk dikunjungi pada tahun 2025.
Untuk mengatasi masalah ini, langkah konkret dan terencana dari pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat lokal perlu segera dilakukan. Penanganan krisis sampah plastik harus menjadi prioritas utama, dengan menerapkan kebijakan yang mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Selain itu, penting juga untuk mengatur pertumbuhan industri pariwisata agar tidak merusak lingkungan dan budaya lokal. Pemerintah juga harus bekerja sama dengan komunitas lokal untuk mempromosikan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya dan alam bagi masa depan Bali sebagai destinasi wisata.