Namun, di tengah keterpurukan ini, Elon Musk tetap menegaskan bahwa masa depan Tesla akan terus mengandalkan inovasi teknologi, khususnya pada pengembangan mobil otomatis dan robot humanoid berskala besar. Menurutnya, nilai utama Tesla ke depan terletak pada kemampuannya memproduksi teknologi canggih tersebut dengan biaya rendah dan skala besar.
“Masa depan perusahaan bergantung pada kemampuan kami dalam mengembangkan kendaraan dan robot otomatis yang efisien secara biaya. Dengan eksekusi yang baik, saya yakin Tesla bisa menjadi perusahaan paling bernilai di dunia,” ujar Musk penuh keyakinan dalam presentasinya.
Musk juga menyoroti kebijakan tarif tinggi yang disebutnya sebagai tantangan berat, terutama ketika margin keuntungan perusahaan sedang tidak stabil. Ia menyebutkan bahwa walau Tesla sangat terdampak, mereka masih memiliki keunggulan kompetitif berupa rantai pasokan yang tersebar di tiga kawasan strategis: Amerika, Eropa, dan China. Keberadaan infrastruktur produksi di berbagai wilayah tersebut, menurut Musk, membuat Tesla lebih fleksibel dibandingkan para pesaingnya dalam menghadapi situasi global yang bergejolak.
Meski demikian, kebijakan tarif tetap menjadi batu sandungan yang sulit dihindari. Musk mengungkapkan bahwa ia telah menyuarakan pandangannya kepada Presiden AS, menekankan bahwa tarif yang lebih rendah akan lebih bermanfaat bagi kesejahteraan global dan dunia usaha. Namun, pada akhirnya keputusan tetap berada di tangan Presiden, dan Musk menyadari keterbatasannya dalam memengaruhi keputusan tersebut.
“Saya sering ditanya soal tarif. Saya ingin menegaskan bahwa kebijakan ini adalah wewenang penuh Presiden. Saya bisa memberikan masukan, tapi apakah akan didengar atau tidak, itu bukan wewenang saya,” kata Musk dalam nada diplomatis.