Tidak hanya itu, ada pula kendala teknis yang cukup kompleks dalam penerapan teknologi hijau di sektor ini. Misalnya, penggunaan hydrogen sebagai energi alternatif masih terbatas karena belum tersedia infrastruktur pipeline yang memadai. Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Storage/CCS) pun masih jauh dari kata optimal.
“Karena adanya kompleksitas teknis seperti ini, membuat proses transisi menuju industri hijau menjadi lebih sulit dilakukan secara cepat di industri berat,” kata Henry.
Peran Endress+Hauser: Teknologi Otomasi untuk Industri Hijau
Sebagai bagian dari solusi, Endress+Hauser hadir dengan menawarkan teknologi otomasi industri untuk membantu proses transisi ini. Teknologi yang dikembangkan fokus pada efisiensi energi dan peningkatan produktivitas, tanpa harus mengorbankan aspek keberlanjutan.
Perusahaan ini menyediakan instrumen otomasi yang dapat diterapkan di berbagai sektor industri, seperti makanan dan minuman, minyak dan gas, pertambangan, pengolahan air dan limbah, serta life sciences. Teknologi ini memungkinkan perusahaan menjalankan proses produksi secara lebih efisien dan ramah lingkungan.
Henry menjelaskan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung transformasi digital di sektor industri Indonesia melalui revolusi industri 4.0. Dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT), sensor pintar, dan analitik data, proses produksi dapat diawasi dan dikendalikan dengan presisi tinggi.
"Yang kami dorong adalah bagaimana proses produksi di sektor industri bisa lebih otomatis dan efisien. Kami ingin membawa industri Indonesia naik kelas dengan transformasi teknologi," tuturnya.
Solusi Nyata untuk Industri yang Lebih Tahan Krisis
Menurut Henry, ketika industri mampu mengoptimalkan proses produksi dengan otomasi dan sensor cerdas, maka mereka bisa mengurangi pemborosan energi dan bahan baku, yang berarti penghematan biaya jangka panjang. Selain itu, pemantauan emisi karbon dapat dilakukan secara real-time, sehingga perusahaan bisa mengambil tindakan cepat dan akurat.