Tampang.com | Bisnis internet berbasis satelit kini semakin memanas dan menghadapi persaingan yang ketat. Dalam upaya untuk mengembangkan teknologi ini, negara-negara di seluruh dunia semakin banyak berinvestasi. Salah satu inisiatif yang menarik perhatian adalah dari China, yang meluncurkan proyek ambisius bernama SpaceSail.
Proyek ini berencana untuk meluncurkan 15.000 satelit ke orbit rendah Bumi (LEO) pada tahun 2030. Langkah ini menunjukkan bahwa China tidak hanya ingin menjadi pemain utama dalam bidang teknologi ruang angkasa, tetapi juga ingin mengambil posisi dominan dalam penyediaan layanan internet global.
Di sisi lain, Eutelsat, sebuah perusahaan satelit asal Prancis, berupaya untuk menggantikan dominasi Starlink yang dikelola oleh Elon Musk. Dalam beberapa waktu belakangan, saham Eutelsat bahkan mengalami lonjakan luar biasa, dengan kenaikan hampir 390% dalam minggu lalu, menurut laporan CNBC International. Perusahaan ini memanfaatkan roket dari SpaceX, juga milik Musk, serta perusahaan lain untuk meluncurkan satelit-satelitnya ke LEO dan orbit geostasioner (GEO).
Pada tahun 2023, Eutelsat mengumumkan penggabungan operasinya dengan OneWeb, sebuah firma satelit asal Inggris. Gabungan ini menjadikan Eutelsat sebagai operator satelit terbesar ketiga di dunia, jika dilihat dari segi pendapatan. Dalam konteks Ukraine, Eutelsat belakangan ini mulai membangun kehadirannya, berpotensi menggantikan layanan internet Starlink di negara yang sedang berkonflik tersebut. Sejak lama, Starlink telah memberikan bantuan konektivitas sebagai bagian dari upaya negara itu untuk mempertahankan diri dari invasi Rusia.
Menariknya, hubungan antara Amerika Serikat dan Ukraina mengalami ketegangan setelah pemilihan Presiden Amerika. Donald Trump, yang menggantikan Joe Biden, mengadopsi pendekatan yang berbeda terhadap Ukraina dan Rusia, yang dinilai dapat memicu dampak pada dukungan militer yang diterima dari AS. Beberapa waktu lalu, Trump diketahui telah menangguhkan bantuan militer yang selama ini diberikan kepada Ukraina, terutama setelah terjadi konfrontasi yang sengit dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. Kejadian ini sempat membuat banyak pihak was-was mengenai kelanjutan dukungan terhadap Ukraina dari AS.