Starlink, yang merupakan layanan satelit orbit rendah (Low Earth Orbit/LEO), diklaim mampu memberikan kecepatan internet hingga 300 Mbps per titik, lebih cepat dari kecepatan ideal 4G dan 5G yang hanya sekitar 100 Mbps per titik. Meskipun demikian, kecepatan tinggi yang ditawarkan Starlink menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan layanan ini untuk menggantikan peran 4G dan 5G di masa depan, terutama dalam industri seluler.
Ketua Umum Indonesia Digital Empowering Community (Idiec) Tesar Sandikapura menyoroti bahwa masyarakat masih menghadapi euforia terhadap layanan Starlink. Kecepatan internet yang ditawarkan oleh Starlink mencapai lebih dari 200 Mbps per titik, sebuah angka yang bahkan melampaui rata-rata kecepatan 5G di Indonesia. Namun, dia menegaskan bahwa meskipun Starlink menawarkan kecepatan yang sangat tinggi, layanan ini masih sulit bersaing dengan teknologi seluler lainnya, termasuk 4G. Selain itu, Teknologi Starlink dinilai masih kurang fleksibel, dengan kemampuannya yang lebih cocok digunakan untuk posisi tetap, seperti di rumah, dan bukan untuk digunakan secara mobile seperti layanan 4G dan 5G.
Hal ini mengakibatkan pengguna seluler harus membawa perangkat Starlink ke mana-mana jika ingin tetap menikmati kecepatan internet 300 Mbps. Keterbatasan ini membuat penggunaan Starlink kurang fleksibel bagi para pengguna.