Para ahli biologi, termasuk peraih Nobel Frances Arnold dan mewakili laboratorium di Amerika Serikat dan negara-negara lain, juga berpendapat bahwa teknologi terbaru akan memberikan lebih banyak manfaat daripada dampak negatifnya, termasuk vaksin dan obat-obatan baru.
“Seiring dengan para ilmuwan yang terlibat dalam pekerjaan ini, kami percaya bahwa manfaat teknologi AI saat ini untuk perancangan protein jauh lebih besar daripada potensi bahayanya, dan kami ingin memastikan penelitian kami tetap bermanfaat bagi semua orang di masa depan,” demikian isi perjanjian tersebut.
Perjanjian tersebut tidak berupaya untuk menekan pengembangan atau distribusi teknologi AI. Sebaliknya, para ahli biologi bertujuan untuk mengatur penggunaan peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi materi genetik baru.
Peralatan manufaktur DNA inilah yang pada akhirnya memungkinkan pengembangan senjata biologis, kata David Baker, direktur Institute for Protein Design di Universitas Washington, yang membantu mengawal perjanjian tersebut.