Hal ini sejalan dengan laporan Canalys yang menyebutkan bahwa pertumbuhan pasar ponsel di Asia Tenggara mencapai 15% dengan total pengiriman mencapai 25 juta unit, diiringi dengan penurunan harga jual rata-rata sebesar 4%.
Di segmen pasar ponsel dengan harga US$100-US$300, vendor seperti Oppo berupaya keras untuk bersaing dengan harga yang terjangkau. Hal ini menimbulkan ketergantungan yang tinggi terhadap promosi dan diskon guna mendorong penjualan. Namun, semakin banyaknya produk ponsel kategori menengah dan rendah yang membanjiri pasar menjadi penyebab turunnya harga rata-rata di pasar.
Canalys juga mencatat bahwa diskon besar pada model lama turut memperburuk masalah dengan menciptakan konflik harga pada peluncuran model baru. Analis di Canalys, Sheng Win Chow, menjelaskan bahwa biaya bahan baku yang meningkat dan inflasi biaya dalam aktivitas penjualan turut mengurangi profitabilitas perusahaan ponsel. Kendati demikian, perusahaan-perusahaan seperti Oppo terus berusaha untuk mengonsolidasikan produk entry level agar dapat mencapai biaya produksi yang lebih rendah.
Canalys juga merilis daftar lima besar ponsel di Asia Tenggara yang menunjukkan dominasi Oppo sebagai vendor terbesar dengan market share mencapai 21%. Diikuti oleh Samsung dan Transsion dengan masing-masing 16%, Xiaomi dengan 15%, dan Vivo dengan 10%.