Zuckerberg berkomitmen untuk berinvestasi besar dalam upaya ini, bahkan berjanji untuk menyisihkan waktunya secara pribadi agar perubahan tersebut dapat tercapai. "Secara umum, saya antusias dengan beberapa hal baru yang akan kami hadirkan. Kami akan mulai meluncurkan beberapa inovasi, yang saya yakini akan mengembalikan Facebook ke format aslinya, dan saya rasa itu akan sangat menyenangkan," kata Zuckerberg lebih lanjut.
Pada masa lalu, Facebook dikenal sebagai platform media sosial yang sangat bergantung pada konten yang dihasilkan oleh pengguna (user-generated content). Konten yang muncul di linimasa setiap pengguna berasal langsung dari unggahan teman-teman mereka, sehingga pengalaman yang didapatkan pun sangat personal dan unik.
Namun, seiring berjalannya waktu, sistem algoritma Facebook mulai berubah. Kini, linimasa pengguna lebih dipenuhi dengan konten yang dipilih oleh algoritma berdasarkan apa yang disukai atau dikomentari oleh teman-teman mereka. Tidak jarang pula iklan dan konten yang dianggap relevan oleh algoritma muncul secara acak.
Perubahan ini tampaknya membuat Facebook semakin sulit mempertahankan daya tariknya di kalangan pengguna, terutama di kalangan generasi muda. Media sosial yang lebih baru, seperti Instagram dan TikTok, kini menjadi pilihan utama bagi banyak anak muda untuk berinteraksi. Hal ini menandakan bahwa Facebook, meskipun masih memiliki jutaan pengguna, mulai kehilangan relevansinya di mata banyak orang, terutama yang berusia lebih muda.
Meskipun Zuckerberg belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai apa yang akan diubah atau bagaimana Facebook akan kembali ke format awal, beberapa pihak berspekulasi bahwa perubahan ini akan membawa Facebook lebih mendekati konsepnya yang dulu, di mana pengguna dapat menikmati konten yang lebih personal dan berbasis pada interaksi teman-teman mereka, bukan hanya konten yang dipilih oleh algoritma. Ini juga bisa berarti berkurangnya intervensi iklan yang terlalu mendominasi atau konten yang terasa lebih dipaksakan.