Menurut Fernandez, konsumen kini cenderung lebih curiga terhadap pesan branding dari korporasi. Oleh karena itu, mereka lebih memilih mendengar langsung dari “suara manusia”—influencer yang mereka percaya dan ikuti.
Hemat, Fleksibel, Tapi Tak Bebas Risiko
Salah satu keunggulan utama dari strategi pemasaran berbasis influencer adalah efisiensi biaya. Berbeda dengan iklan TV atau billboard yang mahal dan sulit diubah, kampanye influencer dapat dimodifikasi secara cepat sesuai feedback dari audiens. Fleksibilitas ini sangat penting di era digital yang bergerak cepat.
Namun, pendekatan ini tidak sepenuhnya bebas risiko. Perusahaan tetap harus berhati-hati dalam memilih figur publik yang mereka gandeng. Kasus Adidas dan Kanye West, misalnya, menjadi pelajaran penting bahwa kontroversi dari satu influencer bisa berdampak besar terhadap reputasi brand.
Era Baru: Influencer AI, Tapi Keaslian Masih Jadi Kunci
Seiring perkembangan teknologi, kini mulai muncul tren influencer buatan berbasis AI. Keunggulannya? Bisa dikendalikan sepenuhnya dan tidak membawa risiko skandal pribadi. Namun, para ahli percaya bahwa manusia tetap memiliki keunggulan utama: emosi dan keaslian.
“Orang lebih percaya orang dibandingkan merek,” ungkap Rahul Titus dari Ogilvy. Meskipun AI mulai dilirik sebagai solusi, daya tarik personal dari manusia nyata masih menjadi nilai yang sulit tergantikan.
Menurut Oliver Lewis, masa depan pemasaran kini berada di titik peralihan. Influencer yang dulunya dianggap hanya bagian kecil dari strategi kini menjadi inti dari komunikasi merek modern.