Tidak hanya itu, bank juga dapat memanfaatkan data yang terkumpul melalui layanan digital untuk memahami lebih jauh kebutuhan nasabah dan menawarkan produk serta layanan yang lebih personal. Dian menyarankan bahwa layanan digital juga memungkinkan bank untuk lebih cepat dalam meluncurkan produk-produk baru yang inovatif.
Seiring dengan berkembangnya layanan digital, jumlah ATM dan kantor cabang bank mulai mengalami penurunan. Menurut data dari OJK, jumlah kantor cabang bank pada April 2024 mencapai 12.377 unit, mengalami penurunan sebanyak 405 unit dari tahun sebelumnya. Data tersebut menunjukkan tren penurunan jumlah kantor cabang yang terus berlanjut dari bulan ke bulan.
Dian menyatakan bahwa penurunan jumlah ATM dan kantor cabang merupakan hal yang wajar seiring dengan perubahan perilaku masyarakat yang semakin cenderung untuk melakukan transaksi secara digital. Bank-bank kini lebih fokus untuk mengoptimalkan jaringan fisik mereka dengan mengurangi titik layanan yang kurang efisien dan beralih untuk menginvestasikan lebih banyak sumber daya pada pengembangan platform digital.
Namun demikian, industri perbankan juga tetap berkomitmen untuk menyediakan akses layanan yang memadai bagi masyarakat, terutama di daerah terpencil serta nasabah-nasabah yang belum sepenuhnya terbiasa dengan layanan digital. Digitalisasi perbankan dianggap sebagai hal yang tidak dapat dihindari, dan bank akan terlambat dalam memberikan layanan apabila tidak ikut serta dalam transformasi ke arah digital.
Kehadiran layanan digital juga membawa manfaat bagi bank dalam hal efisiensi bisnis dan dapat menjangkau nasabah lebih luas tanpa harus mendirikan kantor cabang baru. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui anak usahanya, PT BCA Digital, telah menghadirkan bank digital bernama Blu by BCA guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan perbankan digital.