Frankenstein 2025 juga menyoroti isu etika dalam sains modern. Film ini mengangkat pertanyaan penting: jika manusia memiliki kekuatan untuk menciptakan kehidupan, apakah mereka siap memikul konsekuensinya? Adegan-adegan ketika makhluk ciptaan mulai memberontak menghadirkan kritik tajam terhadap kesombongan manusia yang percaya dapat mengontrol alam semesta.
Beberapa kritikus memuji film ini sebagai salah satu adaptasi Frankenstein paling relevan dengan zaman sekarang. Rina Hartono dari Film Indonesia Daily menulis, “Frankenstein 2025 tidak hanya menakutkan, tapi juga membuat penonton merenung. Kisah klasik ini dihidupkan kembali dengan teknologi dan dilema etis yang relevan dengan isu sains dan bioetika saat ini.”
Namun, film ini juga menuai kontroversi. Beberapa kelompok menyayangkan adegan eksperimen yang ekstrem dan kekerasan yang cukup grafis. “Meski film ini menarik, beberapa adegannya terlalu berlebihan dan bisa menimbulkan ketidaknyamanan bagi penonton sensitif,” kata kritikus Budi Santoso.
Meski demikian, banyak penonton muda justru menganggap kontroversi ini sebagai daya tarik. Mereka tertarik pada perpaduan horor, sains, dan drama psikologis, yang jarang ditemui dalam film Indonesia saat ini. Diskusi di media sosial pun ramai, dengan tagar #Frankenstein2025 trending dan penonton membagikan teori, analisis moral, serta adegan favorit mereka.
Salah satu kekuatan utama film ini adalah kemampuannya menyeimbangkan hiburan dan refleksi moral. Penonton diajak merenungkan batasan manusia, etika dalam sains, dan konsekuensi dari kesombongan yang berlebihan. Film ini juga menyoroti hubungan pencipta dan ciptaan, yang tidak sekadar soal kekuasaan, tetapi juga tanggung jawab dan empati.