Perjalanan kemudian berubah menjadi rangkaian kejadian aneh. GPS Rafi mulai bermasalah, jalanan yang ia lewati terasa asing meski menurut peta itu masih wilayah yang sama, dan udara di dalam mobil mendadak dingin tak wajar. Alya beberapa kali meminta berhenti di tempat yang tampak tidak masuk akal — sebuah pabrik tua, jembatan rusak, dan rumah kosong yang seolah ditinggalkan bertahun-tahun.
Setiap kali berhenti, Alya turun sebentar, berdiri diam sambil menatap sesuatu di kejauhan, lalu kembali masuk ke mobil tanpa menjelaskan apa pun.
Ketegangan memuncak ketika Rafi mulai menyadari bahwa rute yang ia tempuh membentuk pola berulang seperti lingkaran yang tak berujung. Selain itu, ia melihat Alya sesekali berbicara seolah kepada seseorang yang tak terlihat. Ketika ia bertanya, Alya hanya menjawab, “Saya harus menyelesaikan perjalanan ini. Kalau tidak, semuanya akan berulang lagi.”
Titik balik terjadi ketika Rafi menjemput keberanian untuk menghentikan mobil dan memaksa Alya menjelaskan semuanya. Di sinilah misteri film mulai terungkap. Dialog penuh emosi mengantarkan penonton pada fakta bahwa Alya bukan sekadar penumpang misterius, tetapi seseorang yang membawa beban masa lalu yang sangat berat sebuah tragedi yang melibatkan kecelakaan mobil lima tahun lalu pada tanggal yang sama.
Alya mengatakan bahwa ia pernah melakukan perjalanan persis seperti malam itu bersama seseorang yang sangat ia sayangi, namun perjalanan tersebut berakhir pada insiden tragis yang merenggut nyawa orang terdekatnya. Sejak malam itu, ia merasa “terjebak” dalam lingkaran rasa bersalah dan terus mencoba mengulang perjalanan tersebut dengan harapan bisa memperbaiki masa lalu.
Rafi, yang awalnya hanya ingin menyelesaikan pekerjaannya, kini terseret dalam konflik emosional Alya. Situasi semakin tegang ketika keduanya mulai mengalami halusinasi visual atau mungkin kenyataan dari masa lalu yang menumpang ke masa kini. Film ini sengaja membiarkan penonton menebak: apakah pengalaman itu supranatural atau hanya efek trauma mendalam?