“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.”(HR. Bukhari)
Allah SWT telah berfirman,
يَا أَيّÙهَا الَّذÙينَ آمَنÙوا اجْتَنÙبÙوا ÙƒÙŽØ«Ùيرًا Ù…ÙÙ†ÙŽ الظَّنّ٠إÙنَّ بَعْضَ الظَّنّ٠إÙثْمٌ Û– وَلَا تَجَسَّسÙوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضÙÙƒÙمْ بَعْضًا Ûš Ø£ÙŽÙŠÙØÙبّ٠أَØَدÙÙƒÙمْ أَنْ يَأْكÙÙ„ÙŽ Ù„ÙŽØْمَ Ø£ÙŽØ®Ùيه٠مَيْتًا ÙَكَرÙهْتÙÙ…Ùوه٠ۚ وَاتَّقÙوا اللَّهَ Ûš Ø¥Ùنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَØÙيمٌ
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka ‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat : 12)
“Seandainya dosa itu dapat mengeluarkan bau busuk dan kita dapat mencium bau busuk tersebut, mungkin saja kita ini lebih busuk baunya dibandingkan orang yang tampak aibnya itu. Tetapi karena Allah SWT telah menutup aib kita, Allah SWT telah menutup aib umat Nabi Muhammad SAW, maka apa yang kita rahasiakan ditutup oleh Allah SWT. Allah SWT masih mengharapkan taubat kita. Oleh karena itu, jika kita melihat aib yang ada pada diri orang lain, jangan sampai kita merendahkan dan menyebarkan aib itu. Sebab, kalau kita melakukannya maka Allah SWT akan membuka aib kita di dunia dan di akhirat,” ujar ia menutup pembicaraan.