Selain itu, dalam klarifikasinya, Imam Jamaah Aolia juga menyampaikan permintaan maaf kepada semua pihak yang merasa terganggu atau tidak nyaman dengan kejadian tersebut. Ia menegaskan bahwa tidak ada niatan untuk menyinggung perasaan atau keyakinan siapapun melalui tindakan tersebut, dan memohon maaf apabila hal ini menimbulkan ketidaknyamanan di kalangan masyarakat.
Klarifikasi yang disampaikan oleh Imam Jamaah Aolia diharapkan bisa meredakan kegaduhan dan spekulasi yang muncul akibat kejadian tersebut. Dalam upaya menjaga keharmonisan dan kesejahteraan umat, transparansi dan komunikasi yang jujur sangat diperlukan. Klarifikasi ini diharapkan dapat membawa pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat mengenai makna sebenarnya dari telepon kepada Gusti Allah pada perayaan Lebaran 5 April.
Dalam konteks ini, pendapat dari Mbah Benu, seorang tokoh spiritual yang dikenal dengan pemahamannya yang mendalam mengenai upacara adat dan kepercayaan lokal, menjadi sangat penting. Mbah Benu menekankan bahwa telepon kepada Gusti Allah pada perayaan Lebaran 5 April merupakan bagian dari tradisi simbolik yang memiliki makna mendalam dalam kepercayaan Jamaah Aolia. Klarifikasi tersebut juga telah membantu menjelaskan bahwa hal ini tidak bermaksud merendahkan atau menganggap remeh kebesaran Gusti Allah, melainkan sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan syukur.