Pendapat yang menyatakan bahwa bulu kucing adalah najis juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa aliran dalam Islam mungkin memandang bulu kucing sebagai najis, terutama jika bulu kucing itu kotor atau terkena najis lainnya. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebersihan hewan peliharaan, termasuk kucing, agar tidak menimbulkan keraguan mengenai status kebersihan bulu kucing itu sendiri.
Selain dalam konteks agama, pandangan tentang bulu kucing sebagai najis juga mengundang perdebatan dalam konteks kebersihan secara umum. Beberapa anggapan bahwa bulu kucing dapat menyebabkan alergi atau menjadi sarang kuman juga menjadi pertimbangan bagi sebagian orang dalam menilai kebersihan bulu kucing.
Namun, di sisi lain, banyak juga penelitian yang menunjukkan bahwa kontak dengan hewan peliharaan, termasuk bulu kucing, dapat membantu meningkatkan kesehatan seseorang. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Journal of Allergy and Clinical Immunology menyebutkan bahwa paparan anak-anak terhadap bulu hewan peliharaan dapat membantu meminimalkan risiko terkena alergi dan asma.
Dalam konteks kebersihan rumah tangga, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan bulu kucing. Merawat kucing secara teratur, seperti menyikat bulu kucing, membersihkan kandang atau tempat tidur kucing, dan memandikan kucing secara berkala, dapat membantu mengurangi risiko bulu kucing menjadi sumber kuman atau alergen. Dengan demikian, bulu kucing dapat tetap menjadi bagian dari keluarga tanpa menimbulkan kekhawatiran akan kebersihan.