Namun, di sisi lain, sebagian orang meragukan kebenaran ajaran dari Mama Abuya Ghufron Al Bantani. Mereka menilai bahwa ajaran tersebut cenderung bersifat eksklusif dan menutup diri terhadap ideologi lain. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang toleransi dan keberagaman dalam menjalani kehidupan beragama. Ajaran yang terlalu kaku dan menolak perbedaan pandangan dianggap sebagai salah satu indikasi bahwa ajaran tersebut bisa dikategorikan sebagai ajaran sesat.
Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan dengan seksama ajaran-ajaran yang diterima dan diyakini. Keterbukaan terhadap pemahaman agama, toleransi terhadap perbedaan, serta menghargai keberagaman pandangan menjadi landasan yang penting dalam memahami ajaran agama dengan benar. Ajaran yang mengajarkan kedamaian, cinta kasih, dan persaudaraan antar umat manusia merupakan landasan utama dalam menjalani kehidupan beragama.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, turut mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap ajaran dari Mama Abuya Ghufron Al Bantani. Informasi mengenai ajaran-ajaran tersebut mudah ditemukan di berbagai platform online, baik yang mendukung maupun yang mempertanyakan kebenaran ajaran tersebut. Hal ini menuntut masyarakat untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan kritis terhadap ajaran-ajaran yang diterima.
Dalam menghadapi perdebatan seputar ajaran Mama Abuya Ghufron Al Bantani, penting bagi masyarakat untuk tidak terjebak dalam perpecahan dan konflik. Keterbukaan untuk berdialog, saling mendengar pandangan yang berbeda, serta mencari pemahaman yang bersifat inklusif adalah langkah-langkah yang dapat menghindarkan masyarakat dari polarisasi yang merugikan. Kesadaran akan pentingnya toleransi dan sikap saling menghormati perbedaan pandangan menjadi kunci dalam merespons kontroversi seputar ajaran Mama Ghufron.