Konflik Proksi telah menjadi bagian integral dari strategi geopolitik Iran. Dengan mendukung kelompok-kelompok bersenjata di sejumlah negara, termasuk Suriah, Irak, dan Yaman, Iran berusaha untuk memperluas pengaruhnya di kawasan tersebut. Sementara itu, Trump dan pemerintahannya melihat pengaruh Iran sebagai salah satu ancaman terbesar bagi stabilitas di Timur Tengah. Dalam pandangan Washington, langkah-langkah tegas terhadap Iran merupakan cara untuk memperlambat atau bahkan membalikkan pengaruh tersebut.
Skrip dramatis ini tentu menambah ketegangan yang sudah ada antara kedua negara. Khamenei dalam unggahan terbarunya menunjuk pada tindakan militer yang sedang diberikan kepada sekutu-sekutu Iran di berbagai lokasi konflik. Ia tidak ragu untuk menyerukan agar seluruh elemen rakyat Iran bersiap menghadapi potensi konfrontasi militer yang lebih besar. "Kami akan membela tanah air kami dan tidak akan membiarkan musuh mendominasi wilayah kami," ungkapnya.
Dalam konteks ini, kita melihat bahwa retorika antara kedua pemimpin semakin memanas. Perdebatan di media sosial dan pernyataan publik hanya memperburuk ketegangan yang sudah ada. Khamenei berusaha untuk menggalang solidaritas di dalam negeri, sementara Trump berfokus untuk mendapatkan dukungan dari sekutu-sekutu tradisionalnya dalam menghadapi apa yang mereka sebut sebagai "tindakan agresif" Iran.