Meskipun demikian, kontroversi ini menimbulkan pertanyaan mengenai kepekaan seorang pejabat publik terhadap nilai-nilai budaya dan komunitas yang berbeda. Selain itu, hal ini juga menjadi refleksi atas bagaimana tindakan atau penampilan seseorang, termasuk seorang pemimpin, dapat memicu reaksi yang sangat tajam di era media sosial.
Dalam konteks yang lebih luas, peristiwa ini juga mengajak kita untuk lebih memperhatikan bagaimana seorang pemimpin harus mempertimbangkan setiap tindakannya secara seksama, termasuk dalam hal penampilan dan pesan simbolis yang dapat disampaikan. Kehadiran media sosial juga mengubah dinamika dari bagaimana seorang publik figur harus tetap menjaga citra mereka di hadapan publik.
Selayang pandang dari kontroversi ini, kita juga dapat belajar bahwa bagaimanapun kecilnya suatu tindakan, publik figur seperti seorang PM harus tetap memikirkan bagaimana tindakan mereka dapat memiliki dampak yang lebih luas, terutama terhadap komunitas dan budaya lain. Peristiwa ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk lebih sensitif terhadap nilai-nilai budaya dan komunitas, serta bagaimana kita menghargai dan menghormati perbedaan.