Dalam Pilpres 2014, media terbelah dua. Ada yang memihak Jokowi. Ada pula yang mendukung Prabowo.
Saat ini malah keberpihakan media terlalu kentara. Sebagai contoh, media ramai menyoroti pengakuan La Nyalla Matalitti tentang Prabowo yang memalaknya Rp 40 milyar. Tetapi, setelah La Nyalla membantah pengakuannya sendiri, media seolah tidak mengetahuinya.
Sebaliknya, kepada Jokowi media mengekspos habis-habisan sampai ke remeh temeh yang tidak perlu. Misalnya, pemberitaan tentang Jokowi yang datang ke stasiun dengan hanya memakai sandal jepit dan kaos oblong.
Dalam pemberitaan tentang mutasi perwira TNI yang dilakukan oleh Gatot Nurmantyo pada Desember 2017, media memosisikan Gatot sebagai pesakitan. Gatot dinarasikan sebagai pembangkang. Ada juga yang menuding Gatot tengah menyiapkan bom waktu. Media lupa pada proses serta kronologis keputusan mutasi yang diambil Gatot.