Rasa suka itu aneh. Bisa muncul pelan-pelan, kadang datang dari kebiasaan ngobrol setiap hari, dari tawa yang selalu bikin nyaman, atau bahkan dari cara seseorang memperlakukan orang lain dengan tulus. Tapi semakin perasaan itu tumbuh, sering kali bukan makin mudah diungkapkan, justru makin bikin ragu.
Pernah nggak sih, merasa suka banget sama seseorang, tapi mulut kayak terkunci setiap kali pengen ngomong? Udah niat, udah latihan di depan kaca, tapi ujung-ujungnya cuma bisa ngetik “semangat ya” atau “jangan lupa makan”. Padahal hati rasanya udah teriak keras banget, pengin bilang, “Aku suka kamu.”
Banyak orang nunda ngungkapin perasaan karena takut ditolak. Takut hubungan yang sudah nyaman jadi canggung. Takut kehilangan momen yang sekarang, hanya karena keberanian untuk jujur belum cukup besar. Kadang, perasaan itu disimpan begitu dalam, berharap waktu akan bantu mengubah sesuatu. Tapi faktanya, diam terlalu lama justru bikin perasaan makin menumpuk, dan akhirnya berubah jadi sesak sendiri.
Risiko itu memang nyata. Nembak seseorang bukan cuma soal keberanian, tapi juga soal siap atau tidak menghadapi jawaban yang mungkin tak sesuai harapan. Tapi… bukankah mempertaruhkan sedikit keberanian lebih baik daripada selamanya bertanya-tanya, “Gimana kalau dulu aku bilang?”