Di Purwakarta, para guru dilarang memberi PR akademis kepada siswa. Hal itu disampaikan oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Menurut Dedi, semua urusan akademis lebih baik diselesaikan di sekolah. Pekerjaan rumah seharusnya yang bersifat aplikatif yaitu apa yang dipelajari di sekolah kemudian diterapkan di rumah. Sistem seperti itu dinilai akan mendorong siswa untuk lebih kreatif.
“Jadi setiap siswa bisa saja mendapatkan PR berbeda-beda sesuai dengan minatnya masing-masing,” kata Dedi, seperti dikutip Antara.
Bagaimana sebenarnya posisi PR bagi siswa? Para peneliti dari Duke University telah meninjau lebih dari 60 penelitian tentang PR dari 1987 hingga 2003, menyimpulkan bahwa PR dari para guru yang bersifat akademis tak memiliki dampak positif pada prestasi belajar seorang siswa.
Profesor dari Duke University, Harris Cooper, mengungkapkan bahwa PR dapat mendorong perkembangan pendidikan pelajar, tapi di sisi lain PR terkadang diberikan dengan jumlah yang banyak. Jumlah pekerjaan rumah yang banyak dapat menjadi kontra produktif bagi siswa.
“Bahkan untuk siswa sekolah menengah atas, dengan beban pekerjaan rumah tidak memiliki kaitan dengan nilai yang tinggi,” kata Cooper.