3. Kesulitan dalam Menghadapi Frustrasi dan Kekecewaan
Anak-anak yang tidak terbiasa dengan batasan atau penolakan dalam pola asuh permisif mungkin kesulitan dalam menghadapi frustrasi atau kekecewaan. Mereka mungkin tidak belajar untuk mengatasi rasa sakit atau ketidaknyamanan secara sehat karena mereka tidak terlatih dalam menghadapi tantangan atau penolakan. Akibatnya, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola emosi negatif atau menghadapi tantangan di masa depan.
4. Risiko Tinggi akan Kecenderungan untuk Perilaku Merugikan
Ironisnya, pola asuh yang terlalu permisif juga dapat meningkatkan risiko anak mengembangkan perilaku merugikan. Tanpa batasan yang jelas atau konsekuensi yang dijatuhkan untuk perilaku tidak pantas, anak-anak mungkin cenderung mengambil risiko yang tidak perlu atau mengeksplorasi perilaku yang tidak aman atau tidak etis. Hal ini dapat berdampak negatif pada hubungan mereka dengan orang lain dan pada reputasi mereka di masyarakat.
5. Kurangnya Persiapan untuk Menghadapi Tuntutan Dunia Nyata
Pola asuh permisif yang berlebihan mungkin mengarah pada kurangnya persiapan anak untuk menghadapi tuntutan dunia nyata. Di luar lingkungan keluarga yang penuh toleransi, mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan aturan, struktur, atau kewajiban yang diterapkan di sekolah, pekerjaan, atau dalam komunitas mereka. Ini bisa menjadi tantangan besar saat mereka dewasa dan harus berintegrasi ke dalam masyarakat yang lebih luas.