Makan serangga mungkin terdengar aneh bagi sebagian besar orang, terutama di negara-negara Barat. Namun, di berbagai belahan dunia, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, konsumsi serangga telah menjadi bagian penting dari budaya kuliner. Dalam artikel ini, kita akan memberikan penjelasan mengenai fenomena ini, serta alasan dan penyebabnya, yang menjadikan serangga sebagai sumber protein utama di beberapa negara.
Serangga adalah sumber protein yang kaya dan dapat menjadi alternatif yang sehat serta berkelanjutan untuk daging hewani. Lebih dari 2.000 spesies serangga sudah didokumentasikan untuk dikonsumsi oleh manusia. Misalnya, di Thailand, belalang, ulat, dan jangkrik sering disajikan sebagai camilan yang lezat. Pengolahan serangga dengan cara digoreng, dibakar, atau dicampur dengan bumbu menjadikan rasanya menggugah selera.
Alasan utama di balik kebiasaan makan serangga adalah nilai gizi yang tinggi. Serangga mengandung protein berkualitas tingi, serta lemak sehat, vitamin, dan mineral yang diperlukan tubuh. Serangga seperti tongkat, jangkrik, dan larva memiliki rasio protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi dan ayam. Hal ini membuat serangga menjadi pilihan menarik, terutama bagi mereka yang mementingkan asupan nutrisi.