Gunung api di Indonesia kembali menjadi sorotan dalam beberapa hari terakhir. Gunung Semeru, yang terletak di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, baru-baru ini kembali mengalami erupsi. Laporan dari Magma Indonesia, Kementerian ESDM, mencatat bahwa erupsi tersebut terekam dalam seismograf dengan amplitudo maksimum 13 mm dan durasi 55 detik. Erupsi kedua terjadi pada pukul 19:24 WIB, dengan amplitudo maksimum 18 mm dan durasi 59 detik.
Sementara Gunung Semeru menjadi fokus utama, kegiatan vulkanik aktif juga terjadi di Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, serta Gunung Ibu di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat bahwa beberapa gunung api di Indonesia telah mengalami erupsi pada semester pertama tahun 2024. Bahkan, tren kejadian bencana dampak erupsi gunung api dalam laporan BNPB menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, dalam menghadapi rentetan kejadian erupsi gunung api di Indonesia dalam semester pertama tahun 2024, meminta agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaannya dan siap menghadapi kemungkinan bencana tersebut. Pihak BNPB juga menekankan pentingnya untuk tidak mengabaikan anjuran pemerintah terkait penanganan bencana, sebagai upaya mencegah korban jiwa akibat aktivitas vulkanik.
Suharyanto juga mengingatkan tentang kejadian terdahulu dimana erupsi Gunung Semeru menelan korban jiwa, karena masyarakat mengabaikan anjuran pemerintah. Dia mencontohkan kejadian tersebut saat menghadiri simulasi evakuasi mandiri di kaki Gunung Merapi, Jawa Tengah, dimana pada tahun 2021 ada 57 korban meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru. Namun, pada tahun 2022 tidak ada korban jiwa karena telah dilakukan evakuasi dan relokasi sebanyak 2000 KK. Meskipun demikian, pada tahun 2023 terjadi banjir lahar yang menimbulkan korban jiwa di salah satu keluarga karena mereka kembali ke rumah lama mereka meskipun sudah direlokasi.