Sementara itu, Neta Auto memang sedang mengalami tekanan finansial yang cukup berat. Pada Maret 2025 lalu, sejumlah pemasok mendatangi kantor pusat Neta di Shanghai untuk menuntut kejelasan pembayaran. Situasi ini memaksa perusahaan melakukan konversi utang menjadi saham (debt-to-equity swap) senilai lebih dari 2 miliar yuan atau sekitar Rp 4,5 triliun. Kesepakatan ini melibatkan pemasok utama seperti CATL dan Gotion High-Tech.
Upaya Neta menggalang dana lewat pendanaan Seri E juga belum membuahkan hasil. Dalam rapat pemegang saham Januari 2025, Neta menargetkan pendanaan sebesar 4–4,5 miliar yuan, dengan janji investasi sekitar 3 miliar yuan dari investor utama. Namun hingga Mei, dana tersebut belum cair, sementara utang perusahaan kini mencapai 6 miliar yuan atau sekitar Rp 13,6 triliun.