Evergrande Auto sendiri pernah memiliki ambisi untuk bersaing dengan Tesla dan menjadi produsen kendaraan listrik terkemuka. Pada puncaknya di April 2021, kapitalisasi pasar perusahaan ini mencapai lebih dari US$ 80 miliar (Rp 1.296 triliun). Namun, perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar 12,24 miliar yuan (Rp 27,47 triliun) untuk tahun 2023. Selain itu, perusahaan induk Evergrande Group telah diperintahkan untuk dilikuidasi pada akhir Januari oleh pengadilan Hong Kong setelah rencana restrukturisasi dengan para kreditur tidak tercapai.
Kebangkrutan Evergrande NEV menimbulkan pertanyaan besar terkait masa depan industri mobil listrik di China dan dampaknya bagi pasar global. China telah lama menjadi pemain kunci dalam industri kendaraan listrik, dengan banyak perusahaan lokal yang ingin bersaing dengan brand internasional seperti Tesla. Namun, kebangkrutan Evergrande NEV menunjukkan bahwa pasar mobil listrik di China tidaklah mudah untuk dikuasai, terutama dengan persaingan yang semakin ketat di antara para pemain lokal dan global.
Berdasarkan data dari China Association of Automobile Manufacturers (CAAM), penjualan mobil listrik dan plug-in hybrid di China mengalami penurunan selama beberapa bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa industri mobil listrik di China mungkin sedang mengalami masa-masa sulit, yang dapat berdampak pada para pemain utama di dalamnya.